TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dari enam perusahaan percetakan yang memenangkan tender pencetakan naskah Ujian Nasional (UN), PT Ghalia Indonesia Printing merupakan pihak pemenang tender terbanyak dengan harga penawaran Rp 22.489.952.830.
Informasi yang dihimpun dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pencetakan naskah UN terdiri dari enam paket. Paket I dikerjakan PT Balebat Dedikasi Prima yang mencetak untuk Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, dan Banten dengan oplah total 91 280 560 halaman naskah soal UN untuk lima mata pelajaran dengan nilai penawaran Rp 12 951 707 377.
Kemudian Paket kedua dikerjakan PT Pura Barutama yang mencetak naskah soal UN untuk Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jambi, dan Bengkulu dengan oplah total 96 889 120 halaman untuk lima mata pelajaran dengan nilai penawaran Rp 14 562 448 000.
Paket ke 3 dikerjakan PT Ghalia Indonesia Printing yang mengerjakan untuk pencetakan naskah soal untuk Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo, dan Sulawesi Barat dengan oplah total 106 575 200 untuk lima pelajaran dengan nilai penawaran Rp 22 489 952 830.
Paket ke 4 dikerjakan PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk yang mengerjakan pencetakan naskah soal untuk Jawa Timur, Maluku, Papua, Maluku Utara, dan Papua Barat dengan oplah total 102 258 720 halaman untuk lima mata pelajaran dengan nilai penawaran Rp 13 726 112 268.
Paket ke 5 dikerjakan PT Karsa Wira Utama yang mengerjakan pencetakan naskah soal UN untuk Jawa Barat, Bangka Belitung, dan Kepulauan Riau dengan oplah total 103 943 600 halaman untuk lima pelajaran dengan harga penawaran Rp 16 370 616 240.
Kemudian paket ke 6 dikerjajakan PT temprina Media Grafika yang mengerjakan pencetakan naskah UN untuk DKI Jakarta, Aceh, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah dengan oplah total 90 077 760 halaman untuk lima mata pelajaran dengan harga penawaran Rp 14 784 516 032.
Anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Teuku Ramli Zakarian menjelaskan bahwa proses tender sesuai dengan perundang-undangan yang ada.
“Kita bandingkan dengan negara lain itu memang kalau dalam ujian begini itu tidak ditenderkan tapi dipercayakan pada perusahaan-perusahaan yang memang punya kompetensi yang baik, dan punya pengalaman,” ungkapnya kemarin malam di Gedung C Kemendikbud, Jakarta, Senin (15/4/2013).
Selain itu menurut Teuku, PT Ghalia memangg dari sisik fisik, peralatan yang dimiliki, gudang dan sebagainya memenuhi kualifikasi untuk mengerjakan proyek tersebut.
“Jadi karenanya memenangkan tender jadi kita melaksanakan perundangan yang berlaku dan memantaunya. Memang sejak awal sudah dilihat tanda-tandanya kemudian semenjak saat itu sudah dipacu, tetapi bagaimanapun sudah dipacu itu tetap sampai detik pengiriman bahan tidak selesai seperti yang diharapkan,” terangnya.
Sebetulnya dari sisi oplah total PT Ghalia tidak terlalu berbeda jauh dengan lima perusahaan lainnya hanya saja menyiapkan untuk 11 provinsi dan juga nilai penawarannya pun paling tinggi. BNSP selaku penyelenggara Ujian Nasional menjelaskan bahwa proses tender naskah UN berada di Balitbang.
“Proses tender di Balitbang karena itu urusan sekretariat dari Balitbang, jadi tidak terlibat langsung BSNP, jadi BSNP hanya sebagai penyelenggara,” ujarnya.
Inspektur IV Inspektorat Jendral Kemendikbud Amin Priatna pun membantah bial pihak Kemendikbud yang terlambat memberikan soal ke percetakan hanya dalam waktu 25 hari pengerjaan.
“Faktanya bersamaan diberikan untuk 6 percetakan kita bisa saksikan 5 lainnya berjalan baik, ini namanya yang kami temukan inspektorrat dilapangan bukan manajemen percetakan, tapi manajemen pencetakan yang menyebabkan lambatnya pengepakan dan memasukan ke box lalu dibawa ke expedisi dalam hal ini ke Lanud (Halim Perdana Kusumah) menyebabkan itu, manajemen pencetakan diakui juga waktu konpers oleh pihak Ghalia,” ungkapnya.
Sumber : TRIBUNnews.com